Artikel

Cedera Lutut

Cedera lutut adalah salah satu jenis cedera yang paling sering terjadi. Diperkirakan sebanyak 2,5 juta atlet mengalami cedera lutut setiap tahunnya. Penanganan cedera lutut bisa dilakukan dengan perawatan yang sederhana hingga harus melakukan operasi, tergantung tingkat keparahan cedera lutut yang dialami.
1. Keseleo atau terkilir
Keseleo atau terkilir di bagian lutut sering ditemui pada kasus cedera lutut, yang mengakibatkan adanya luka/robekan pada ligamen atau jaringan ikat yang terdapat di lutut.
2. Cedera meniskus
Cedera meniskus terjadi karena adanya gerakan yang membebani lutut secara berlebihan (gerakan landing saat melompat, cutting, atau hiperfleksi) atau akibat dari degeneratif tulang sehingga menyebabkan meniskus mengalami luka atau aus. Hal ini dikarenakan meniskus berperan untuk mencegah lutut mengalami benturan dan menghindari tulang pada sendi lutut saling bergesekan.
3. Patah tulang
Patah tulang pada lutut terjadi di tempurung lutut, hal ini biasanya disebabkan oleh trauma (jatuh, mengalami kecelakaan, atau cedera saat olahraga).
4. Overuse
Overuse terjadi ketika lutut terlalu sering digunakan dan selanjutnya menimbulkan gangguan/masalah seperti patellofemoral pain syndrome (rasa nyeri berlebihan pada bagian lutut), yang banyak dialami oleh atlet lari dan sepeda.
Apabila Anda merasakan tanda-tanda cedera yang sama seperti di atas, hingga muncul bengkak yang tidak wajar atau rasa sakit yang tak tertahankan dan cedera tidak kunjung membaik, silahkan periksakan cedera tersebut kepada dokter atau sport therapist kami di Jogja Sports Clinic.
Jl. Ampel Gading 416, Perumnas Concat, Depok, Sleman
Senin-Sabtu 08.00-17.00 (Ahad&hari libur tutup)
087825530993(SMS/WA)
JogjaITClinicCedera Lutut
read more

Cedera Bahu

Bahu adalah bagian yang rawan terkena cedera apabila Anda sering melakukan olahraga seperti berenang, push up, bulutangkis, atau bisbol. Hal ini dikarenakan bahu merupakan tumpuan pergerakan lengan.
.
Pada daerah bahu terdapat empat otot besar yang bertugas untuk menopang dan menjaga sendi-sendi bahu.
Sehingga pergerakan sendi bahu yang berulang-ulang secara intens dapat menyebabkan otot-otot bahu tersebut kelelahan dan membengkak atau sobek, yang selanjutnya dapat menimbulkan rasa nyeri berlebihan saat Anda berusaha menggerakkan bahu Anda.
.
.
.
Apabila Anda mengalami keluhan seperti ini, maka minimalisir gerakan dan pembebanan pada lengan serta bahu Anda.
Dan apabila Anda melihat tanda-tanda cedera seperti bengkak yang tidak wajar atau rasa sakit yang tak tertahankan dan cedera tidak kunjung membaik,
sebaiknya periksakan cedera tersebut kepada dokter atau sport therapist kami di Jogja Sports Clinic.
.
.
.
Jl. Ampel Gading 416, Perumnas Concat, Depok, Sleman
Senin-Sabtu 08.00-17.00 (Ahad&hari libur tutup)
087825530993(SMS/WA)
JogjaITClinicCedera Bahu
read more

Cedera Otot Pergelangan Kaki

Anda mungkin pernah atau bahkan sering mengalami cedera yang satu ini.
Pergelangan kaki yang terkilir atau cedera adalah salah satu kejadian yang paling banyak ditemui dalam olahraga. Biasanya hal ini disebabkan oleh peregangan berlebihan atau robekan pada urat (pita jaringan yang menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya), tendon (jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang), atau otot. Pergelangan kaki sering mengalami cedera karena inilah tempat tiga tulang bertemu. Biasanya ketika sedang berlari atau berjalan pada permukaan yang tidak rata, pergelangan kaki lebih rawan terkilir.
.
.
.
Ketika pergelangan kaki terkilir, istirahatkan dulu kaki Anda dan jangan dipakai berjalan atau berdiri.
Anda bisa mengompresnya dengan es untuk mengurangi pembengkakan dan mengurangi rasa sakit. Supaya lebih cepat pulih, angkat pergelangan kaki sampai sejajar dengan jantung. Lakukanlah sambil duduk dan bersandar.
.
.
.
Jl.Ampel Gading 416, Perumnas Concat, Depok, Sleman
Senin-Sabtu 08.00-17.00 (Ahad&hari libur tutup)
087825530993(SMS/WA)
JogjaITClinicCedera Otot Pergelangan Kaki
read more

Apa itu Nyeri pada Otot?

Nyeri merupakan keadaan yang sangat tidak menyenangkan bagi hampir sebagian besar orang. Selain obat-obatan, orang yang sedang mengalami nyeri tentu akan melakukan berbagai usaha untuk mengurangi intensitas nyeri mereka. Kompres dingin dan hangat merupakan dua jenis metode yang mudah dan paling sering digunakan untuk meredakan keluhan tersebut.
.
.
.
Kompres dingin dan kompres hangat memiliki manfaatnya masing-masing.
Kompres dingin lebih cocok digunakan pada cedera yang sifatnya baru (antara 24-48 jam),
sedangkan kompres hangat sangat berguna untuk meredakan nyeri yang sudah berlangsung lama (kronik).
Walau berbeda manfaat, pada prinsipnya, cara mengaplikasikan kedua metode ini hampir sama.
.
.
.
Jl.Ampel Gading 416, Perumnas Concat, Depok, Sleman
Senin-Sabtu 08.00-17.00 (Ahad&hari libur tutup)
087825530993(SMS/WA)
JogjaITClinicApa itu Nyeri pada Otot?
read more

Gejala Nyeri Lutut

Gejala Nyeri Lutut
Nyeri lutut dapat muncul seketika saat seseorang mengalami cedera, atau muncul secara bertahap dan bertambah parah seiring waktu. Tingkat keparahan sakit lutut berbeda-beda, tergantung penyebabnya. Beberapa gejala yang dapat menyertai sakit lutut adalah:
•Lutut terasa kaku.
•Lutut tampak kemerahan, bengkak, dan terasa hangat.
•Lutut terasa lemah, tidak stabil, serta sulit untuk diluruskan.
•Lutut mengeluarkan suara gemeretak (bunyi ‘kretek-kretek’).
Kapan harus ke dokter?
Segera konsultasikan ke dokter jika muncul gejala nyeri lutut dengan kondisi di bawah ini:
•Nyeri pada lutut tidak kunjung membaik dalam 3 hari.
•Tidak bisa berdiri dengan sempurna, karena lutut terasa tidak stabil.
•Lutut terasa lemas ketika mencoba berdiri atau berjalan.
•Lutut sulit untuk ditekuk dan diluruskan.
•Nyeri lutut disertai demam.
•Lutut tampak mengalami perubahan bentuk.
.
.
.
Ketika Anda mengalami cedera nyeri lutut dan Apabila Anda melihat tanda-tanda cedera
seperti bengkak yang tidak wajar atau rasa sakit yang tak tertahankan dan cedera tidak kunjung membaik,
sebaiknya periksakan cedera tersebut kepada dokter atau sport therapist dari kami jogja sports clinic.
Jl.Ampel Gading 416, Perumnas Concat, Depok, Sleman
Senin-Sabtu 08.00-17.00 (Ahad&hari libur tutup)
087825530993(SMS/WA)
JogjaITClinicGejala Nyeri Lutut
read more

Cedera Kepala-Leher Pada Sepakbola

Cedera Kepala-Leher pada Sepakbola

dr-Ikhwan

Muhammad Ikhwan Zein Sp.KO

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (sports medicine)

Anggota Komite Medis PSSI

Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, UNY Yogyakarta

 

Cedera pada bagian kepala dan leher merupakan cedera serius dan seringkali berakibat fatal saat bertanding sepakbola. Meskipun angka kejadian cedera ini relatif kecil namun penting bagi olahragawan dan regu penolong mengetahui penanganan pertama dengan benar dari cedera ini. Tindakan yang salah dapat memberikan risiko adanya kelumpuhan permanen bahkan kematian.

Curigai Potensi Cedera Tulang Leher (Cervical)

Seringkali cedera kepala dan leher terjadi secara bersamaan dalam satu mekanisme, sehingga hal pertama yang harus diketahui dengan cepat dan benar oleh penolong adalah ada tidaknya potensi retak, patah atau dislokasi tulang belakang bagian leher (cervical). Penilaian awal potensi cedera cervical ini dapat dilakukan dengan mengetahui mekanisme cedera yang terjadi. Beberapa kejadian  yang perlu dicurigai adalah kasus yang melibatkan (1) benturan langsung pada kepala, baik oleh siku, kaki yang terlalu tinggi, beradu kepala diudara ataupun pukulan dari penjaga gawang, (2) Benturan pada dagu dan rahang (3) Benturan bahu yang keras (4) Jatuh dari ketinggian, misal melompat ketika berebut bola atau penjaga gawang yang melompat melakukan penyelamatan kemudian terjatuh salah posisi.

Atlet yang mengeluhkan adanya rasa baal, kesemutan, panas, nyeri seperti ditusuk jarum dan adanya tanda-tanda kelemahan/kelumpuhan otot (misal tidak kuat dalam menggenggam) paska benturan kepala-leher juga harus dicurigai mengalami cedera cervical.

Bila atlet masih sadar, JANGAN MEMINDAHKAN atlet hingga tim medis/ambulan datang. Lakukan Imobilisasi manual agar tidak terjadi perburukan kondisi akibat adanya gerakan pada leher. Imobilisasi manual dilakukan dengan meletakkan tangan penolong pada sisi samping kepala atlet. Jari penolong jangan sampai menutupi telinga agar atlet tetap dapat mendengar. Pertahankan kesejajaran kepala-leher dan lindungi agar tidak bergerak (gambar 1). Imobilisasi manual HARUS TERUS dilakukan sampai penyangga leher atau tandu spinal (spinal board) datang. Perhatikan secara terus menerus jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) atlet, dan teruslah berbicara untuk menenangkan atlet. Seluruh perpindahan posisi hanya boleh dilakukan bila ambulan telah siap.

1 2

Gambar 1.a dan b.  Imobilisasi Manual

Gambar diunduh dari :  (a) http://remotephcmanuals.com.au/uri/5164.jpg,

(b) http://emet.moodlesite.pukunui.net/mod/data/view.php?d=5&rid=43

 

Bila atlet tidak sadar, lakukanlah imobilisasi manual dengan memperhatikan A-B-C, yaitu airway (jalan nafas), breathing (pernafasan) dan circulation (denyut nadi). Perhatikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan kedepan harus tetap dalam posisi imobilisasi cervical.

Buka mulut atlet untuk memastikan jalan nafas tidak ada hambatan, dan periksalah apakah atlet dapat bernafas normal. Bila terdengar atlet mendengkur, maka kemungkinan jalan nafas tertutup oleh lidah. Lakukan teknik Jaw Thrust. Teknik ini dapat membantu mengangkat lidah dan membuka jalan nafas. Teknik ini juga memberikan pergerakan yang minimal pada tulang cervical sehingga aman (gambar 2). Jaw thrust dilakukan dengan meletakkan satu tangan pada masing-masing sisi kepala korban dengan ibu jari dekat sudut mulut pertemuan menuju dagu, gunakan siku untuk menyokong. Geser jari ke posisi di bawah sudut tulang rahang korban tanpa menggerakkan kepala atau leher, kemudian dorong rahang ke atas tanpa menggerakkan kepala atau leher untuk mengangkat rahang dan membuka pernafasan.

3

Gambar 2.Teknik Jaw Thrust

Gambar Diunduh dari http://www.emsworld.com/sites/default/files/styles/large/public/files/base/image/EMSR/2012/10/image1_10817025.png?itok=h4n198A3

 

Memindahkan atlet dengan kecurigaan cedera cervical

Pemindahan atlet dengan kecurigaan cedera cervical tidak boleh dilakukan sembarangan. Tetaplah pada posisi imobilisasi manual hingga regu penolong datang. Seluruh pemindahan atlet dilakukan tim ambulan menggunakan tandu spinal (spinal board) dan penopang leher. Jangan sekali-kali berinisiatif memindahkan pasien tanpa adanya aba-aba dari regu penolong dan tidak memiliki ketrampilan evakuasi. Umumnya tim ambulance akan melakukan teknik controlled log roll untuk memindahkan atlet ke tandu. Teknik ini setidaknya dilakukan oleh 4 orang penolong. Penolong pertama akan melakukan stabilisasi cervical, penolong kedua adalah orang yang memiliki ukuran tubuh tertinggi dan diletakkan pada area bahu atlet, penolong ketiga adalah orang yang memiliki ukuran tubuh tertinggi kedua dan diletakkan disekitar dada, sedangkan penolong terakhir akan berposisi pada panggul dan tungkai. Posisi tangan penolong 2-4 bersilangan dan mereka melakukan pemindahan dengan teknik roll sesuai aba-aba dari penolong pertama. Begitu tandu dapat disisipkan maka stabilisator cervical dipasang dan penolong pertama dapat melepas imobilisasi manualnya.

Perhatikan bahwa atlet yang kehilangan kesadaran akibat benturan kepala leher harus dicurigai mengalami cedera cervical sampai pemeriksaan penunjang seperti x-ray membuktikan tidak ada cedera.

 4

Gambar 3.a. Posisi awal penolong dalam memindah atlet

5

Gambar 3.b. Teknik Roll untuk menyisipkan tandu spinal

6 7

Gambar 3.c. Posisi akhir evakuasi dan pengangkatan atlet

gambar 3.a.b.c diunduh dari FIFA Manual First Aid

 

Gegar Otak (Concussion)

Beberapa benturan di kepala menyebabkan cedera tanpa melibatkan cedera cervical. Mayoritas kasus yang terjadi adalah gegar otak (concussion). Olahragawan, official dan tim medis harus dapat mengenali tanda dan gejala dari gegar otak, sebab seringkali kasus ini tidak menyebabkan atlet kehilangan kesadaran.

Badan sepakbola dunia (FIFA) bekerjasama dengan beberapa federasi olahraga lain seperti Rugby (IRB), Hockey (IIHF) dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah memperkenalkan instrumen dalam menilai dan mengevaluasi kasus gegar otak yang bernama SCAT (Sports Concussion Assesment Tool). SCAT memiliki instrumen Pocket Concussion Recognition Tool  yang dapat digunakan secara mudah untuk mengidentifikasi kasus gegar otak yang terjadi di lapangan. Dalam instrument tersebut dinyatakan bila terdapat SATU ATAU LEBIH gejala yang muncul setelah terjadinya benturan di kepala seperti : kehilangan kesadaran, terbaring lama setelah benturan, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, memegang kepala, pandangan kosong, kebingungan dan kehilangan perhatian pada lingkungan sekitar maka kita dapat mencurigai adanya gegar otak. Gejala dan tanda gegar otak juga dapat diidentifikasi seperti kejang, emosional, merasa kelelahan, cemas, pusing, bingung, merasa lebih lambat dalam bergerak, kepala seperti tertekan, sensitif terhadap cahaya, merasa berkabut, nyeri leher, amnesia, kesulitan konsentrasi, sensitif terhadap suara dan adanya gangguan memori (seperti lupa sekarang berada dimana, saat ini sedang apa, siapa pencetak gol, sedang bertanding apa).

Setiap atlet yang dicurigai mengalami gegar otak harus ditarik keluar dan tidak diizinkan bermain sampai ada pemeriksaan medis lanjutan. Bila disuatu pertandingan dinilai tidak ada tim medis yang berkompeten untuk menilai gegar otak, segera kirimkan pasien ke RS untuk pemeriksaan medis lanjutan.

 

Klinic JSCCedera Kepala-Leher Pada Sepakbola
read more